JAKARTA, karna.id — Kordinator Regional Sustainability Kalimantan Tengah Region, grup Wilmar, Sarimanah mengatakan, perusahaan yang bergerak di sektor agribisnis ini telah menetapkan sejumlah upaya-upaya pencegahan kebakaran.
Pertama, peta risiko kebakaran (fire risk map), yaitu peta untuk menentukan tinggi-rendah risiko saat terjadi kebakaran dengan penyangga (buffer) 5 kilo meter (km) dari konsesi perusahaan.
“Risiko dinilai tinggi jika kebakaran dalam radius tersebut. Tim kebakaran perusahaan terus memantau di radius 5 km dan segera bergerak begitu terjadi kebakaran dalam skala 5 km,” katanya di Jakarta, Senin (07/10.
Kedua, lanjut ia, Wilmar juga menyusun standard operating procedure (SOP) kebakaran di lahan dan hutan (land/ forest fire) di setiap unit konsesi, dengan membentuk managemen dan mitigasi untuk pencegahan, pendeteksian, dan pemadaman kebakaran.
Mitigasi, kata dia, dilakukan dengan peringatan dini melalui monitoring penggunaan data NASA mengenai titik panas (hot spot) dan titik api (fire spot). Data tersebut kemudian didistribusikan untuk kemudian diverifikasi atau diambil tindakan.
“Mitigasi juga dilakukan dengan memasang papan peringatan (warning sign board) yang menunjukkan level risiko dampak kebakaran. Papan peringatan ini bermanfaat untuk membantu antisipasi dan pengambilan tindakan saat risiko kebakaran meningkat,” imbuhnya.
Ketiga, sosialisasi kepada masyarakat karena memegang peranan penting dalam pencegahan kebakaran. Sebab, ulah manusia adalah salah satu penyebab terbesar kebakaran, untuk itu perlu menumbuhkan kesadaran mereka agar tidak membakar, terutama saat kemarau dan di lahan gambut.
Dalam melancarkan sosialisasinya, Wilmar menggandeng sejumlah pihak, seperti Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika), Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan tokoh masyarakat termasuk penegakan hukum.
“Langkah ini dilakukan sebagai tindakan jemput bola dengan mendatangi masyarakat di sekitar konsesi di Kalimantan Tengah dan Sumatera,” terangnya.
Keempat, Wilmar membentuk tim satgas pencegahan kebakaran di setiap unit konsesi. Mereka adalah tim yang terlatih dan dibekali dengan peralatan memadai, termasuk membangun menara pantau setinggi 15 meter dan sumur bor.
Sejak Februari 2016, Wilmar telah bergabung dalam Fire Free Alliance (FFA) bersama beberapa perusahaan lainnya, yaitu APRIL, Asian Agri, Musim Mas, dan lembaga sosial masyarakat, yaitu PM Haze, Rumah Pohon, dan IDH (the sustainable trade initiative).
“FFA merupakan kelompok multi-stakeholder yang berinisiatif dalam pengendalian masalah kabut asap dan kebakaran yang terjadi berulangkali di Indonesia,” pungkasnya. ***