MALANG, karna.id — Ketua Komisi A DPRD Kota Malang, Edi Widjanarko berpendapat potensi yang dikembangkan oleh KBP ini sangat luar biasa. Pasalnya, para pegiat KBP telah turut serta memajukan objek kebudayaan berdasarkan UU No 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
“Segala macam budaya itu ada di KBP, mulai dari seni tari topeng, kerajinan topeng batik topeng termasuk melestarikan ritus, adat istiadat budaya jawa, permainan tradisional, makanan tradisional, manuskrip, tradisi lisan termasuk cerita cerita tentang Polowijen,” kata Edi yang juga ketua RW 03 Polowijen saat berbicara dalam even Festival Panawijen Djaman Biyen III di Kampung Budaya Polowijen, Ahad (01/11).
Edi bilang bahwa pemerintah akan mengupayakan membantu fasilitas sarana prasarana seperti free wifi untuk memperlancar edukasi wisata budaya berbasis digital seperti di KBP ini.
Jamak diketahui, Polowijen mengalami 3 fase sejarah dan peradaban. Pertama, fase Hindu-Budha di masa Empu Purwa dan Ken Dedes masa awal kerajaan Singosari.
Kedua, fase Islam masuk dari kerajaan Demak. Ketiga, fase kebangkitan kesenian Malang berupa Topeng Malang dipimpin Buyut Reni di masa pemerintahan kolonial.
Acara Festival Panawijen Djaman Biyen III ini sekalipun digelar secara virtual, ternyata antusiame ratusan pengunjung memadatii KBP. Mereka datang dari berbagai elemen dan komunitas seperti Sepuluh Duta Budaya dan Museum Kota Malang, Perwakilan Kakang Mbakyu Cilik Kota Malang, Perwakilan Pokdarwis kampung tematik Se-Kota Malang, belasan mahasiswa Diploma Pariwisata Unmer, Komunitas Sanggul Kebaya Mbois Malang, Rombongan Padepokan Seni Mangun Dharmo, seniman budayawan Malang serta perangkat RT RW dari Kelurahan Polowijen hadir dan turut serta menari bersama sehingga suasananya sangat ramai dan penuh sesak. ***