Beranda Opini Milenial: Turbulensi atau Potensi ?

Milenial: Turbulensi atau Potensi ?

Zulkhairi Rizky mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiya Malang
Zulkhairi Rizky mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiya Malang

Malang, Karna.id — Setiap individu pasti memiliki pandangan berbeda, dari hal tersebut akan memunculkan hal yang positif dan negatif, sehingga berimplikasi pada pengaruh perilaku seseorang. Sesorang yang dimaksud merupakan sebuah implementasi nyata dari perilaku karakter individu, yang artinya salah  satu poin krusial dukungan akan menentukan pencapaian prestasi seorang individu. Karena itu, pembelajaran terkait pendidikan karakter ini harus ditanamkan sejak awal agar menjadi faktor pendukung bagi seseorang untuk menghadapi permasalahan di kemudian hari.

Hal ini bertujuan untuk membina pemuda yang cerdas, mandiri, kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Seseorang yang berkarakter ialah seseorang yang  mampu mengambil keputusan serta mampu mempertanggung jawabkan keputusannya, namun bila ditinjau bangsa Indonesia saat ini sedang dihadapakan pada permasalahan krisis moral yang kini  marak terjadi di kalangan generasi muda. Tiap harinya permasalahan tentang moral semakin memprihatinkan,seringkali kita melihat  kaum pelajar dengan mencontek, tauran, membolos, narkoba, bullying, pergaulan bebas dan masih banyak lagi Tindakan tersebut pada dasarnya tidak mencerminkan seorang pelajar, disisi lain hal ini sebagai bukti bahwa moralitas generasi penerus bangsa ini telah sangatlah bobrok.

Pemuda selalu dikaitkan dengan masa depan,harapan, dan  perubahan. Sejak tahun 1900, pemuda tampil sebagai pelopor dalam perjuangan menghadapi penjajahan ditanah air Indonesia. Dahulu saat bangsa Indonesia berada dalam kekangan penjajah, para pemuda  tergabung pada kongres pemuda II sudah merumuskan sebuah loncatan besar  untuk Indonesia, memberikan sebuah mimpi kepada Indonesia, yakni sebuah kemerdekaan.

Kaum muda Indonesia terus hadir ketika terjadi kesenjangan sosial serta kesewenangan yang dilakukan para penguasa, seperti yang kita ketahui bersama, setiap rezim tidak pernah luput dari kesalahan. Dari hal tersebut, seorang pemuda harus tampil di garda terdepan dengan idealismenya, keberaniannya dan dengan lantang menyuarakan kebenaran.

Salah satu contoh adalah momen reformasi pada Mei 1998. Kritik keras yg disampaikan oleh para pemuda hingga pada akhirnya berhasil menggulingkan kepemimpinan rezim Orde Baru yang otoriter, Dari peristiwa ini kita dapat menyimpulkan bahwa peran pemuda tidak dapat dianggap remeh dalam dinamika kehidupan bernegara di Indonesia.

Tidak bisa dibantah lagi bahwa  generasi muda dulu merupakan gold generation bangsa ini. Mereka sudah sangatlah maju dalam berpikir. Mereka bahkan telah melampaui zamannya, Pemuda masa itu tumbuh tanpa topeng,  dari Epicurus keliru satu filsuf populer yunani, “kebahagiaan terbesar (greatest good) ialah kebebasan dari rasa takut dan  ketiadaan rasa sakit” .yang dimana merupakan  mereka pemuda yang pemberani , andal, cerdas dalam  bersikap  pada zamannya meski terkekang keadaan.

Kebobrokan Pemuda Saat ini

Bila dicermati kondisi pemuda saat ini dan dulu sangatlah berbeda. Pemuda pada saat ini sudah sampai pada tatanan krisis yang sangat memprihatinkan dan parah. Krisis yang dimaksud adalah krisis moral. Kita dapat melihat sering terjadinya pemerkosaan, pemakaian narkoba dan hal-hal lainnya.  Ikrar sumpah pemuda bukan hanya sebuah hidangan belaka yang hanya santapan pengetahuan pada bangku sekolah.  Menimbulkan perpecahan pada era digital saat ini sangatlah mudah. Globalisasi mendorong untuk mempermudah interaksi massal.dengan kencangnya penggunaan media sosial.

Saat ini sangat mudah sekali untuk mencampuradukkan hal negatif dan  positif, melakukan penyebaran isu yang sangat cepat dan sering disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab, Mereka sering mengembangkan informasi hoax yang bisa memecah belah sebuah kelompok maupun kesatuan bangsa, dan kita sebagai konsumen informasi hoax sangat mudah termakan isu-isu yang belum tentu benar kebenarannya.

Hal ini yang menjadi kontradiktif dalam hal kemajuan teknologi. Di satu sisi dapat mendatangkan pemuda cerdas serta berkompoten sinkron dengan kebutuhan zaman. tetapi di sisi lain kepedulian pemuda-pemuda akan keberlangsungan persatuan negaranya masih sangatlah kurang. Individualisme meningkat tajam. Redupnya peran pemuda di era global menegaskan memudarnya nilai-nilai Sumpah Pemuda.

Seringkali kali kita lihat remaja atau pemuda bermain game online di warung kopi, mereka dapat bermain dalam jangka waktu yang lama dan asyik berinterksi dengan teman virtualnya. Tetapi, saat kembali ke real life atau kehidupan nyata, mereka kembali sebagai seorang yang interovert. berdasarkan pandangan generasi pemuda dulu bahwa generasi milenial kini  tumbuh ke arah yg jauh lebih buruk . Mereka menjadi lebih narsis, penggila gadget, egois, serta manja. aneka macam hal negative tentang generasi millennial pun sudah sangat terlihat oleh kita antara lain, mempunyai perilaku yang cenderung mementingkan diri, eksklusif serta tidak peduli terhadap sosial.

“Beri aku  1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru asal akarnya. Beri aku  10 pemuda pasti akan kuguncang dunia,”

Kalimat diatas adalahkalimat yang dilontarkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia yang sering kita dengar. Kalimat tersebut dapat mengguncang semangat para pemuda di Indonesia. Dimana Soekarno berkata bahwa perkataan ini menjadi harapan besar untuk masa depan bangsa yang ada pada tangan generasi muda Indonesia.

Generasi muda artinya kader yang akan memimpin bangsa Indonesia pada masa mendatang. Di pemuda, tongkat estafet kepemimpinan bangsa Indonesia berada. Merekalah, yang akan membawa dan  menentukan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik supaya menjadi negara yang lebih maju, beradab serta berdaya saing tinggi. Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya bagi penulis adalah apakah 10 pemuda kini  bisa mengguncang dunia dengan keadaan mereka saat ini?

Pemuda Dalam Aspek Keislaman

Bila kita tarik dari aspek keislaman, sahabat Ibnu Abbas pernah menyatakan, ”Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan pemuda. dan  seorang alim tak diberi ilmu pengetahuan oleh Allah melainkan pada ketika masa mudanya.”, Pemuda adalah fase dimana beliau memberikan segenap energi serta kemampuan buat memikul segala beban. oleh karena itu yang menjadi pemikul panji dakwah dan  selebaran semenjak terbitnya fajrul islam adalah para pemuda.

Pada QS. Al Kahfi ayat 13 berbunyi “Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada tuhan serta kami beri mereka bimbingan lebih banyak lagi” dimana para pemuda muslim memiliki tugas yang sangatlah berat serta kewajiban yang besar terhadap diri,agama dan  umatnya. Merupakan suatu kewajiban untuk menyingkap eksistensinya.  Menurut saya Pemuda dan mahasiswa merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena dalam pundak mereka terdapat amanah yang diemban. Sebagai Agent of change,Social Control,moral force,guardian of value,iron stock. Tapi seakan-akan kalimat-kalimat indah tersebut hanyalah sebuah kalimat tanpa makna apabila kita melihat rutinitas para pemuda saat ini seperti misalnya seharian penuh bermain gadget dan hanya berbaring di kasur atau menghabiskan kesenangan mereka dengan hura hura..

Bonus Demografi 2025 : Peluang dan Tantangan Pemuda Milenial

Bonus demografi ialah proporsi penduduk usia produktif terbesar sejak merdeka, menurut kondisi yang dilihat ini sebenarnya merupakn keuntungan untuk pertumbuhan ekonomi jangka Panjang. Keuntungan ini sendiri bisa melalui investasi SDM dan penciptaan lapangan kerja. Menurut Bamsoet pada tahun 2025 indonesia akan menikmati bonus demografi ]yang dimana angka usia produktif akan melonjak 60-70 persen dibandingkan dengan negara negara lain. Indonesia perlu melihat atau meniru keberhasilan negara yang mampu memnafaatkan usia prosuktif secara maksimal. Negara yang bisa diambil contohnya ialah ada korea selatan dan cina yang dimana sukses memanfaatkan pertumbuhan anak muda dengan berbagai upaya upaya yang produktif. Menurut saya bangsa ini perlu membuat semacam struktur proritas, yang mana bangs aini memahami jalan yang mana akan diambil selanjutnya, saat pergantian kepemimpinanpun tidak harus berganti arah prioritas pembangunan, bisa dengan meneruskannya atau merubahnya sedikit untuk lebih baik, setidaknya kita memiliki arah yang jelas, kemana bangsa ini akan berjalan selanjutnya. Tetapi banyak media juga yang mengatakan bahwa sekarang ini byuukan lagu gerbang awal bonus demography melainkan ini sudah hampir sampai malah ada yang mengatakan bahwa bangsa ini sudah berada pada puncak bonus demography. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 memperkirakan 2021 menjadi puncak bonus demografi di Indonesia, di mana 60 tenaga kerja produktif mendukung 100 penduduk. Agar penduduk usia produktif benar-benar menjadi bonus demografi dan modal bagi kebangkitan ekonomi, kaum milenial dan generasi Z, mereka yang berusia 8-23, harus memiliki pendidikan dan keterampilan yang memadai. Lapangan kerja harus cukup tersedia. Tanpa memiliki pendidikan dan keterampilan yang yang baik, penduduk usaha produktif akan menjadi generasi tidak produktif. Pengangguran akan mengubah bonus demografi menjadi bencana demografi. Indonesia kini sudah memasuki era 4.0, sebuah era yang ditandai penggunaan internet di berbagai lini kehidupan dan perkembangan digitalisasi masif di berbagai bidang. Penggunaan internet, digitalisasi, dan artifisial intelligence atau kecerdasan buatan mendisrupsi berbagai bisnis lama. Ke depan, bidang usaha yang padat karya akan didisrupsi oleh kemajuan teknologi informasi. Lapangan usaha yang sesuai perkembangan era digital inilah yang menjadi tantangan pemerintah dan semua pihak. Pertumbuhan ekonomi harus sejalan dengan upaya menurunkan angka pengangguran.

Di era digital, generasi muda harus mendapatkan pendidikan yang komprehensif, terutama soft skill. Betapa pun kemajuan teknologi, integritas manusia tidak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan. Satu aspek yang tidak bisa digantikan oleh komputer dan kecerdasan buatan adalah integritas dan mentalitas yang baik. Generasi muda, generasi Z dan milenial, harus memiliki integritas, yakni kejujuran, tanggung jawab, dan akuntabilitas. Selain itu, generasi muda juga perlu memiliki mentalitàs yang baik, yakni semangat, kesabaran, ketekunan, daya tahan, dan stabilitas emosional. Era bonus demografi sudah di depan mata. pemerintah, para anggota legislatif, dan semua penyelenggara negara perlu menyadari bahwa tanpa respons yang tepat terhadap ledakan jumlah warga usia produktif, bonus demografi akan berubah menjadi bencana demografi.

Indonesia Emas 2045 : Peluang dan Tantangan Pemuda Milenial

Pada 2045 nanti indoensia akan genap 100 tahun atau 1 abad dimana bangsa Indonesia umur yang cukup tua bagi suatu negara yang dimana masih berkembang, maka dari itu Indonesia harus memiliki fokus tersendiri kemana arah abngsa ini akan bergerak kedepan sampai akhirnya menuju Indonesia emas pada tahun 2045 nanti. Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun) pada periode tahun 2020-2045. Memang jika dilihat angka kelahiran meninggi saat 2021, tapi kalau kita lihat kondisi lingkungan Indonesia yang sekarang sangat memprihatinkan. Banyak anak-anak kecil sekarang pada tahun 2045 nanti merekalah yang menjadi bibit unggul bangsa ini, pemimpin pada masa akan datang, tapi jika mendapatkan kondisi sosial yang dianggap merusak moralitas akan berdampak besar pada bangsa Indonesia untuk kedepannyya dan bisa saja generasi emas yang diharpakan bisa saja tidak tercapai.

Jika saya lihat dari pandangan saya, dimana pemuda sekarang, mereka terlalu terpuruk dengan masalah kepribadian mereka sendiri, banyak dari mereka belum selesai dengan diri sendiri. Terkadang social sangat menetukan kepribadian seseorang yang mengakibatkan banyak pemuda sekarang memiliki pelarian atas kebahagiannya dengan caranya sendiri, jika kita lihat secara nyata zaman sekarang, sangat banyak pemuda yang memiliki masalah mental jika dibandingkan pemuda dulu, sampai dimana banyak kajian tentang Kesehatan mental anak.yang masih saya bingungkan adalah penyebab dari masalah mental tersebut, bukan maksud saya meremehkan masalah mental ini, tapi banyak yang menjadikan masalah mental mereka menjadi kekurangan atau ketidaksemangatan dalam melakukan sesuatu atau menghindar dari lingkungan sekitar yang dimana akhirnya menjadi individualis, kita sebagai pemuda seharusnya menjadi garda terdepan dalam membantu berkembangnya dan berkemajuan bangsa Indonesia dengan membela hak hak masyarakat kecil dan menghapuskan penindasan di atas bumi pertiwi ini.

Tapi sekarang aksi dalam membela tanah air pun hanya jadi bahan narsis pemuda untuk dianggap bahwa ia seorang aktivis, mereka datang ketempat aksi dengan tampilan seperti hendak ke mall,dan juga idealism mahasiswa yang dimana sudah mulai luntur dan banyaknya aksi yang dikabarkan ditunggangi, sungguh prihatin karena aksi yang mereka lakukan sudah bukan lagi untuk menghapus penindasan atau kesewenangan penguasa atas rakyat tapi untuk kebutuhan content, nama dan panggung eksitensi.

Soe hok gie salah satu aktivis Indonesia tionghoa pernah berkata “makin redup idealism dan heroism pemuda, makin banyak korupsi” sama halnya yang dikatakan tan malaka bahwa “idealism adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda”.

Back to Nature Pemuda

Nature generasi muda yang identik dengan idealisme, nasionalisme, agen perubahan, kritik, keraguan terhadap yang mapan, penyambung suara rakyat harus selalu tumbuh subur dalam jiwa mereka karena. Natur seperti itulah yang akan selalu membuat mereka menjadi polisi moral di garda terdepan bilamana terjadi kezaliman yang dilakukan oleh rezim penguasa terhadap rakyat.

Para pemuda memiliki kecerdasan yang menjadi harapan bangsa yang telah kita pikul, sudah saatnya kita bangun dan kembali menjadi pemuda yang seharusnya, bukan lagi penjajah yang kita lawan tapi para penguasa licik yang menindas rakyatnya sendiri,mulai detik kita harus mulai berpikir bagaimana kita bisa membawa bangsa ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Maka besar harapan untuk terus tumbuh generasi muda yang memiliki kecerdasan,nasionalis,kritis,dan humanis.

“Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia” Ir Soekarno.

Penulis adalah Zulkhairi Rizki Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang