Di dunia yang berbeda, hidup seorang nenek tua bernama ratih yang pernah menikah dengan manusia. Tersebar sebuah kabar burung dari banyak arah mata angin: di masa tuanya, nenek ratih suka menculik anak kecil—yang dianggap nenek sebagai cucunya.
Bila seorang anak telah diculik sang nenek, tak mungkin ada satupun manusia yang menemuinya, bahkan orang tua kandungnya sekalipun. Orang tua kandung sang anak itu, pasti pesimis kepada anaknya yang diculik itu. Sungguh, mereka telah kehilangan sang buah hati—karena dirasa tak mungkin kembali.
Hiduplah mitos nenek ratih. Sebabnya, yang ada di kepala para orang tua, larangan bermain ke luar rumah. Anak-anak pun gelisah karena tak punya hiburan apa-apa di rumah. Datanglah pemangsa besar dari belahan dunia barat dan membawa barang asing bernama playstation untuk mengunjungi rumah-rumah orang tua yang gamang melihat kondisi anaknya.
Tanpa disadari, playstation kemudian menjadi hiburan para anak-anak kecil yang dikekang larangan bermain di luar rumah, karena nenek ratih. Demi sebuah kebahagiaan di masa kecil, orang tua membebaskan anaknya berteman dengan playstation tersebut.
Pada akhirnya, sang anak pun tumbuh besar dalam kondisi terasing dengan alam sekitarnya. Anak kecil itu hanya tahu tata cara merengkuh kebahagiaan di dalam peralatan asing itu. Namun, ia gagap dan kesulitan menggapai kebahagiaannya di dunia nyata.
Pasca dewasa, sang anak tak juga lupa—dengan nenek ratih yang kapan saja bisa menculiknya. Orang tua kebingungan, segala cara dilakukan: memberi pelajaran tambahan lewat kursusan dan sebagainya. Akan tetapi, tak bisa juga, pelajaran tambahan bukan sebagai libido pergaulan.
Bahkan, sampai di masa tuanya, anak-anak kecil yang dulu itu lumpuh sosialnya. Untuk menyapa saja, mereka tak tahu bagaimana caranya, susah. Begitulah mereka yang termakan cerita dusta dan tak paham maksud di baliknya.
Oleh
Muhammad Farhan Azizi
(Fans MU dan Pemuja Kerang Ajaib)