PACITAN, karna.id — Esensi pembangunan pariwisata sesungguhnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Eksistensi pengembangan pariwisata bisa bertahan lebih lama jika berbasis komunitas dan melibatkan masyarakat setempat yang mengedepankan lingkungan dan berkelanjutan.
Pandangan tersebut mengemuka dalam pertemuan para pelaku desa wisata se kabupaten Pacitan yang dihadiri oleh para kepala desa, ketua BUMDes, dan 17 ketua kelompok sadar wisata (pokdarwis) desa wisata. Acara yang digelar oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pacitan itu dihelat di Hotel Srikandi Pacitan, Jawa Timur baru-baru ini.
Kepala Bidang Pariwisata Disparpora Pacitan, Ilham mendorong para kepala desa dan stakeholders terkait agar menyiapkan masterplan desa wisata.
“Kalau desa wisata punya masterplan, di situ akan jelas mana destinasi yang mau dikembangkan, atraksi apa yang akan disuguhkan dan event apa yang akan diselenggarakan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga (Disparpora) Pacitan, Andi Faliandra yang belum lama serah terima jabatan mengatakan, inti dari pembangunan desa wisata adalah kelestarian alam, lingkungan dan peningkatan kesejahteraan. Tanpa itu pariwisata akan ditinggalkan.
“Pariwisata bukan sekedar mengejar peningkatan PAD melainkan membangun kesadaran sapta pesona dan peningkatan SDM masyarakat setempat,” tegasnya.
Siang harinya, seluruh peserta bergeser ke pantai Pidakan untuk berbagi pengalaman best practise dengan pengelola BUMDes Makmur, desa Jetak, kecamatan Tulakan. Ketua BUMDes Makmur, Slamet mengungkapkan suka duka dan cerita sukses mengelola BUMDes.
“Selaku pengelola, kami selalu membuat target tiap tahun membuat pelbagai terobosan baru, diantaranya dengan menambah destinasi wisata dan memperbaiki sarana prasarana,” tuturnya.
“Dengan demikian, tujuan mewujudkan ekonomi kreatif bagi masyarakat sekitar akan terwujud,” imbuhnya.
Dalam acara tersebut, hadir CEO INSPIRE Group, Isa Wahyudi. Isa Wahyudi yang beken disapa Ki Demang merupakan pelaku wisata Kampung Budaya Polowijen (KBP) Malang.
Isa dalam paparannya memberikan empat jurus untuk mempercepat pengembangan desa wisata. Pertama, pemperkuat kelembagaan pariwisata, berjejaring dengan asosiasi pariwisata serta bekerjasama agen travel dan perhotelan.
“Selain itu, kerja sama dengan instansi dan komunitas untuk membuat kunjungan dalam bentuk paket wisata,” katanya.
Jurus kedua, menurut Isa yang juga ketua forum komunikasi Pokdarwis Kota Malang, adalah desa wisata akan lebih menarik jika aktivitas masyarakat sehari-hari menjadi bagian dari industri pariwisata. Misalnya, rumah warga bisa menjadi homestay. Kegiatan atraksi wisata seperti bercocok tanaman, membuat kerajian, mengolah masakan, permainan tradisional, dll juga diperlukan untuk menarik para pelancong.
“Itu bisa menjadi menu utama. Masyarakat juga perlu membuat masakan khas dan souvenir untuk oleh-oleh dan kenangan wisata,” imbuhnya.
Ketiga, desa wisata perlu memperbanyak kegiatan rutin dengan membuat kalender event secara pasti dan konsisten. Menurutnya, kegiatan ritual desa bisa menjadi event budaya mengisi atraksi wisata. Seperti bersih desa, agustusan dan ulang tahun itu bisa dikemas menjadi event menarik, unik dan khas.
“Kegiatan seni budaya yang umumnya bisa sesering mungkin ditampilkan sebagai acara penyambutan jika perlu pengunjung diajak berkolaborasi bersama,” ujarnya.
Keempat, seluruh pelaku desa wisata harus mampu menjadi citizen journalism, mampu mempromosikan desa wisata melalui media mainstream, media sosial, membuat website, blog, youtube chanel, dll. Strategi multi media ini, kata Isa, harus intens dilakukan.
“Sesering mungkin mempublish berita dari setiap event yang digelar. Pemanfaatan gawai pintar (smartphone) dan teknologi digital menjadi media efektif untuk meningkatkan promosi desa wisata,” tukasnya. ***