Karna.id — Sangkuriang adalah cerita legenda yang menceritakan seorang anak laki-laki jatuh cinta kepada Ibu Kandungnya dan menginginkan untuk menikah. Sebagian orang masih menganggap cerita ini adalah fiksi, namun tahukah Anda cerita Sangkuriang ini masuk dalam kategori cerita rakyat (Legenda) masyarakat Sunda.
Legenda Sangkuriang awalnya merupakan tradisi lisan, namun rujukan tertulisnya ada yang pada saat itu ditulis di daun Lontar pada abad 15 hingga 16. Nama naskah ini Bujangga Manik, di dalam naskah ini ditulis bahwa Pangeran Jaya Pakuan alias Pangeran Bujangga Manik atau Ameng Layaran mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Pulau Bali.
Dayang Sumbi adalah putri raja Sungging Perbangkara, Ia memiliki paras yang sangat cantik hingga memikat hati para raja ingin menikahinya. Karena banyak raja yang memperebutkannya akhirnya terjadilah perang antara raja itu. Dayang Sumbi pun pergi mengasingkan diri agar tidak terjadi banyak peperangan.
Kemudian Dayang Sumbi baru menyadari bahwa dia adalah anaknya, saat itu dirinya tengah memasangkan penutup kepala di kepala dan Ia melihat bekas luka yang dulu pernah Ia memukul persis di kepalanya. Akhirnya keduanya pun saling bercerita dari mana asal
Pesan Moral Cerita Legenda Sangkuriang
1. Selalu Bersikap Jujur
Karena Sangkuriang telah berbohong kepada Ibunya bahwa Hati yang ia bawa bukanlah hati kijang, melainkan hati Tumang yang merupakan anjing sekaligus ayahnya sendiri. karena ketidakjujuran Sangkuriang membuat hubungannya dan Sang Ibu tidak baik. Oleh karena itu kita harus mengajarkan sikap jujur kepada anak-anak sejak dini.
2. Menahan Emosi
Sangkuriang memiliki emosi yang tinggi, saat berburu kijang ia meminta Tumang untuk mengejar kijang tersebut, namun karena Tumang tidak mau mengejar kijang itu, akhirnya Sangkuriang membunuh Tumang dan mengambil hatinya untuk diberikan kepada ibunya.
Jika seseorang atau anak-anak tidak diajarkan cara menahan emosi, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.