Beranda Daerah Petani Tembakau Hendak Curhat, Mensos Juliari malah Ingkar Janji

Petani Tembakau Hendak Curhat, Mensos Juliari malah Ingkar Janji

TEMANGGUNG, karna.id — Beberapa pengurus petani tembakau yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) kabupaten Temanggung, Jawa Tengah merasa kecewa dengan Menteri Sosial Juliari Batubara yang urung menemuinya.

Pasalnya, salah satu pembantu Presiden Jokowi itu, tak jadi menemui perwakilan petani tembakau, malah terkesan diam-diam langsung pergi usai kunjungannya di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) ‘Kartini’, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (03/11).

Para petani tembakau hendak mengklarifikasi pernyataan Mensos yang berasal dari PDI Perjuangan itu di media online nasional beberapa waktu lalu. Bahwa dia mengusulkan harga rokok menjadi Rp100 ribu/bungkus. Selain itu, anggota DPR RI dari dapil Jawa Tengah I hasil pemilihan legislatif 2019 itu menyebut rokok adalah sebagai awal anak mengenal narkoba.

Koordinator petani tembakau wilayah Sumbing, Temanggung, Yamuhadi mengatakan, mumpung ada Pak Mensos pihaknya ingin menyampaikan tentang beberapa permasalahan pertembakauan, diantaranya banyaknya regulasi yang tidak memihak kedaulatan kretek, dan rencana pemerintah akan menaikan tarif cukai di tahun 2021.

“Sekarang saja cukai sudah naik tanpa kemanusiaan kok tahun depan mau dinaikan lagi!. Kebijakanya di negeri ini yang sangat ngeri. Pengendalian dan pemasukan negara yang dipikirkan, tapi rakyat yang diperas kaya jaman kompeni,” tegas Yamuhadi dihubungi Selasa (03/11) malam.

Ia menegaskan bahwa agenda para petani tembakau hanya ingin menyalurkan unek- uneknya agar disampaikan ke Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Kami beranggapan bahwa beliau Pak Mensos pasti dekatlah dengan Bapak Presiden. Di satu sisi, beliau sebagai menteri. Di sisi lain, beliau juga satu gerbong partai, malah beliau menghindar tidak mau menemui kami,” sesalnya.

Sekretaris APTI Kabupaten Temanggung, Nur Ahsan menuturkan, para petani sebelumnya telah dijanjikan oleh protokoler, karena telah minta izin dan dijanjikan akan ditemui pak Menteri dengan syarat hanya perwakilan empat orang.

Namun, setelah menunggu berjam-jam di lokasi yang dijanjikan di ruang meeting BBRSPDI ‘Kartini’ hingga malam, pak Juliari tak kunjung datang, dan ternyata telah pulang dari kunjungannya ke balai di bawah Kemensos tersebut.

Ahsan mengatakan, tujuan kita menemui Pak Menteri ingin mengklarifikasi pernyataannya tentang harga rokok sampai Rp100 ribu pada 20 Juli 2020. Lalu pernyataan beliau bahwa rokok sebagai gerbang narkoba dan harga rokok per batang tidak diperbolehkan.

“Tadi sudah dijanjikan ternyata kita tunggu tidak datang, berarti dia itu tidak gentleman, setelah pernyataannya menusuk petani tembakau tapi tak mau menemui, kami kecewa,” cetusnya.

Menurut Ahsan, pernyataan dan perilaku pak Juliari sangat bertolak belakang dengan dulu saat akan mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI Dapil I Jawa Tengah yang diusung PDI Perjuangan.

“Jika dulu pak Juli pro petani, setelah jadi menteri malah seperti kacang lupa kulitnya, berganti menyakiti para petani tembakau yang dulu adalah pendukungnya,” ujarnya.

Ahsan menambahkan, karir politik Juliari itu diawali dari Jawa Tengah saat ikut berkompetisi merebut kursi senayan. Setidaknya, beliau mengaca mengingat berangkatnya dari Jateng kok setelah mendapatkan posisi pernyataannya menusuk petani, padahal dulu meminta dukungan Laskar kretek Kendal untuk deklarasi mendukung dan bekerja sebagai relawan pemenangan di daerah sentra pertembakauan.

“Dulunya beliau ini pernah terlibat dalam ‘Laskar Kretek’, sekarang malah mbelot, mbalela, ingkar janji, ora ngopeni,” imbuhnya.

Kejengkelan petani juga semakin membuncah karena hasil panen tembakau tahun 2020 ini anjlok, dimana rata-rata hanya laku Rp45.000 per kilogram. Padahal untuk kembali modal secara matematis minimal harus terbeli di atas Rp65.000 per kilogram.

Diketahui, jumlah petani tembakau di Indonesia ada 3-5 juta orang, sedangkan dari hulu hingga hilir diperkirakan ada 27 juta orang di Indonesia hidup tertolong dari tembakau. Negara pun mendapatkan pemasukan sebesar Rp180 triliun dari cukai, bahkan jika target cukai jadi naik maka menjadi Rp280 triliun.

“Tapi mengapa justru pemerintah tidak memperhatikan nasib petani tembakau berikut rakyat yang menggantungkan hidup dari sektor pertembakauan?,” tanya Ahsan menyesalkan. ***