karna.id — Bukan maksud menghakimi secara membabi buta, namun pembunuhan terhadap salah satu Jenderal besar Iran yang dilakukan atas perintah dari donald Trump sama sekali tidak bisa diterima dari kacamata manapun. Pembunuhan terhadap Qassem Soleimani tidak bisa dinilai hanya dalam satu aspek belaka. Tindakan keji Donald Trump ialah sutu bentuk maneuver yang sama sekali tidak memandang aspek kemanusiaan.
Salah satu Jenderal revolusioner Iran tersebut Syahid pada hari jumat 03/01/2020 atas serangan milisi AS. Qassem Soleimani yang dalam berbagai sumber dikatakan telah menggagalkan kepentingan Washington di timur tengah membuat AS sangat geram, namun jika ditilik lebih jauh bukan hanya hal itu yang membuat AS akhirnya membabi buta untuk membunuhnya.
Yaa memang faktor kepetingan politik AS melatar belakangi pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani, namun dilain pihak AS juga punya kepentingan ekonomi dibalik terbunuhnya Jenderal Qasem Soleimana, jika kita melihat kurva perdagangan pada jumat sore hari tadi maka terlihat jelas bahwa setelah pemeberitaan kematian Jenderal Qasem Soleimana menyebar luas beberapa nilai komonditas meningkat cukup drastic diantara emas, minyak serta dollar.
Sikap AS (Trump) yang sama sekali tidak manusiawi dan sangat kapitalistik perlu mendapat kejaman dari berbagai negara, Ia dengan sengaja menghabisi salah satu pemimpin besar revolusioner hanya karena kepentingan sepihak serta uang semata. Sikap trump yang keji ini telah menunjkkan bahwa ia adalah anak kandung kapitalisme yang rela menghalalkan segala cara untuk melanggengkan kenaikan suatu komoditas tertentu yang sangat menguntungkan bagi dirinya.
Qassem Soleimani ialah tokoh dibalik peredam konflik bersenjata buatan AS ditimur tengah tentu kematian Jenderal Qassem Soleimani akan berdampak panjang memingat hal tersebut ialah suatu penghinaan yang dilakukan AS (Trump) terhadap Iran, namun saya yakin bahwa Iran ialah negara yang bijak menyikapi hal-hal yang demikian.
Kehilangan Sang Jenderal perang jelas merupakan pukulan telak bagi Iran, Qassem Soleimani ialah tokoh dibalik peredam konflik bersenjata buatan AS ditimur tengah. Kematian Jenderal Qassem Soleimani pastilah akan memperkeruh suasana di timur tengah yang sangat rawan konflik, Iran harus selesai mengkonsolidaikan berbagai element kekuatan yang berada disekitanya.
Iran harus pula memperhatikan kondisi negara-negara konflik ditimur tengah karena jika tidak bukan suatu kemustahilan jika hal tersebut tidak dibaca secara matang akan menimbulkan boomerang bagi Iran. Iran sebagai salah satu negara yang mampu meredam konflik ditimur tengah merupakan sumber kebencian AS yang dalam hal ini sangat dirugikan karena kepentingan daripada management konflik yang dibuat oleh AS terhambat secara signifikan
Yaa memang faktor kepetingan politik AS melatar belakangi pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani, namun dilain pihak AS juga punya kepentingan ekonomi dibalik terbunuhnya Jenderal Qasem Soleimana, jika kita melihat kurva perdagangan pada jumat sore hari tadi maka terlihat jelas bahwa setelah pemeberitaan kematian Jenderal Qasem Soleimana menyebar luas beberapa nilai komonditas meningkat cukup drastic diantara emas, minyak serta dollar.
Sikap AS (Trump) yang sama sekali tidak manusiawi dan sangat kapitalistik perlu mendapat kejaman dari berbagai negara, Ia dengan sengaja menghabisi salah satu pemimpin besar revolusioner hanya karena kepentingan sepihak serta uang semata. Sikap trump yang keji ini telah menunjukkan bahwa ia adalah anak kandung kapitalisme yang rela menghalalkan segala cara untuk melanggengkan kenaikan suatu komoditas tertentu yang sangat menguntungkan bagi dirinya.
Dalam aspek ekonomi penulis sinyalir Trump sebagai elit kapitalis menikmati suatu keuntungan yang sangat besar atas kekejianya tersebut. Keuntungan itu dapat dilihat dari krnaikan nilai dollar, emas serta minyak.
Dunia harus mengecam secara tegas atas tindakan Trump tersebut, tindakan biadab serta kapitalistik Donald Trump tidak dapat ditolerir dari segimanapun.
Oleh : Fajar Irawan (Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang)